Sabtu, 26 September 2009

'Sang Penonton'

Pernahkah kita menyadari bahwa penonton memiliki peran yg sangat penting dalam sebuah pertunjukkan. Baik teater, film, drama seri ataupun sinetron. Penonton adalah dewan juri langsung yang menilai baik buruknya sebuah cerita yang di pentaskan, bagus tidaknya peran yang dimainkan oleh seorang aktor dan sebagainya.
Penonton, orang pertama yang menangis saat cerita sedih yang disuguhkan, tertawa saat adegan lucu yg terlihat, tak jarang geram dan ngomel2 saat si 'antagonis' mulai beraksi, bahagia saat cerita berakhir dg happy ending ataupun berair mata saat cerita berakhir dengan sad ending. Jika kita jeli masih ada adegan yg bisa kita lihat saat pertunjukan selesai, tak jarang sesama penonton saling adu argumen tentang apa yang mereka lihat. Ada yang bisa mengambil 'sisi positif', ada juga yg hanya ngedumel dengan 'sisi negatif' yg ia dapatkan.

Pernahkah kita berpikir bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak berperan sebagai penonton. Kita terbiasa menonton adegan-adegan kehidupan di sekitar kita. mulai dari lingkungan kecil kita dengan ciri khas dan sifatnya masing-masing, tetangga dengan beragam karakter. ada si ramah, si cuek, si pemarah, si baik hati, ada juga yg suka mencaci. Entah label apa yang melekat pada diri kita.

Rasulullah bersabda : "Hikmah adalah milik muslim yang hilang, dimana saja dia menemukannya, maka ia berhak mengambilnya." (HR. Tirmidzi)

sebagai penonton pentas kehidupan, apa yang kita dapatkan? sisi positif ataukah negatif?

Berperanlah sebagai penonton 'si penonton' , orang ketiga yang melihat dari dua sisi sekaligus. Ia masih bisa menyimak cerita dan memahami tanggapan 'si penonton'.
Ada banyak hikmah yang bisa kita petik di sana. cobalah...

Kamis, 10 September 2009

'Manusia Bercahaya'

kepada siapa mengeja kata
saat yang bisa membaca diam saja
kepada siapa bertutur bahasa
saat yang mampu bicara tak bersuara
aku berlari mengejar maya
tapi di dunia nyata dia tak bernyawa
saat raga letih membayang sukma
aku masih tetap berusaha
berjalan... kadang berlari...
dengan langkah kaki
hingga aku lelah...
hampir menyerah...
saat aku mulai mengibarkan bendera kekalahan
jibril datang dengan senyuman
jibril berkata : "Bukankah Tuhanmu menganugerahkan cahaya di hatimu?
Cahaya yang harus kau pelihara atau dia mati sia-sia."
jibril menuntunku melangkah bersama
ke arah manusia-manusia yang bercahaya...
yang mampu membaca, menerjemahkan kata...
yang mampu bicara, menerangkan makna...
aku bertanya pada jibril : "mengapa mereka bercahaya?"
jibril berkata : "karena mereka memelihara cahaya Tuhannya."

dedicated to para pejuang ALLAH, tetap pelihara cahaya itu.

Jumat, 04 September 2009

ku pilih diksimu tuk mengawali titahku...
meski tak sesempurna sabda pandita ratu...
ku yakin Tuhan menyatukan kita bukan tanpa rencana...
aku ingin melukis namamu di kanvas takdirku...
Tuhan tlah membuat kau dan aku terpaut..
lewat benang merah yang panjang dalam sebuah ikatan takdir..
yang tak terjangkau indera...
ku yakin ukiran senja akan menghias cakrawala..
di ujung dimensi tak terlihat peta...
hingga nanti aku dan kamu akan bersujud...
dalam satu rengkuhan abadi...

dedicated to ukhti Sari, bersiaplah menyambut hari bahagiamu.

Rabu, 02 September 2009

catatan di hari istimewaku

Bertambah satu usiaku, moga iman semakin menapak maju...
Bertambah satu usiaku, moga semakin bertambah baik prilaku diriku...
Bertambah satu usiaku, moga makin memantapkan langkahku untuk tetap istiqomah di jalanMu...
Bertambah satu usiaku, moga bisa mengukir senyum di wajah ibuku...
Bertambah satu usiaku, moga bisa membuat bangga ibuku dan keluargaku...
Bertambah satu usiaku, moga makin mengokohkan langkahku untuk menggapai cita-citaku...
Bertambah satu usiaku, moga bisa membawa manfaat untuk orang-orang di sekitarku...
Bertambah satu usiaku, moga ALLAH tundukkan pandangan mata dan hatiku...
dari gemerlap dunia yang palsu...
Bertambah satu usiaku, Rabb bimbing langkahku selalu...
Allahumma amiiin...

Bertambah satu usiaku, sahabat mohon doakan aku...