Kamis, 10 November 2011

"Teori Tangki Cinta"




Key words:
"Anak kecil adalah orang dewasa yang tubuhnya kecil"
"Rasa aman, perhatian dan penghargaan penting untuk anak"


Seringkali dalam komunikasi antar orang dewasa dengan anak kecil menimbulkan kesenjangan karena seringkali kita sebagai orang dewasa kurang memahami bahasa anak-anak, baik itu komunikasi orang tua dengan anak atau komunikasi antar saudara.


Tangki cinta dapat dianalogikan seperti tangki air yang kita pakai sehari-hari untuk menyimpan air keperluan rumah tangga. Setiap saat air tersebut akan dipakai untuk keperluan tertentu dan bila air tersebut sudah sampai tahap tertentu maka harus diisi lagi agar tidak kosong. Sama dengan tangki cinta manusia, jika tangki cinta manusia kosong maka manusia akan mengalami kekurangan energi psikis untuk hidup dengan baik.


Tangki cinta seseorang berkurang seraya mereka hidup. Kadang2 bisa terjadi kebocoran pada tangki cinta, misalnya: saat terjadi perkelahian, adu mulut, malu, merasa tidak disayang, tidak dianggap atau diejek. Perlakuan buruk terhadap seseorang akan membocorkan tangki cintanya, dan jika tangki tersebut bocor maka akan lebih cepat habis, untuk itu harus segera diisi lagi jika masih ingin mempertahankan hubungan.Setiap perbuatan yang memberikan cinta pada seseorang akan mengisi tangki cinta orang tersebut.


Gary Chapman dalam bukunya "Five Love Languages" menyatakan bahwa didunia ini dalam menjalani hubungan terdapat 5 bahasa cinta dan setiap orang memiliki bahasa cinta yang dominan bagi mereka. Berikut adalah kelima bahasa cinta tersebut:

1. Waktu yang berkualitas: memanfaatkan waktu untuk menjalin komunikasi yang baik serta kedekatan secara emosi. Misalnya: saat anak bertanya, seringkali orang dewasa menjawab dengan enggan serta diselingi dengan kegiatan yang lain. Dan seharusnya para dewasa menyadari bahwa anak juga perlu untuk dihargai.

2. Kata-kata positif atau pujian: pujian haruslah tulus dan spesifik. Mengatakan "bagus" atau "hebat" saja tidak cukup. Berikan pujian spesifik atas usaha dan keberhasilan yang dicapainya bukan memuji karakternya, karena seringkali memuji anak atas karakternya membuatnya menjadi ragu. Perjelas apa yang bagus dan hebat dari tindakan sang anak. Jika anak melakukan hal baik dan anda puji dengan tulus dan spesifik, anak akan cenderung mengulangi perilaku positif ini. Di sisi lain, anda telah mengisi "tangki cinta" anak.

3. Sentuhan fisik: pelukan, belaian, rangkulan yang tulus dapat menimbulkan kedekatan secara emosi dengan anak.

4. Pelayanan: membantu mengambilkan makanan, membantu anak mengerjakan PR, memberi pengertian atau penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan anak yang terkadang remeh bagi para dewasa, tapi yang harus kita ingat bahwa pengetahuan anak terbatas, karena pengalaman dan nalar anak tidak sama dengan orang dewasa. Memberikan layanan-layanan kecil dalam batas yang wajar secara tidak langsung mendidik anak untuk mandiri dan percaya diri.

5. Pemberian hadiah: pemberian reward dan punishment yang seimbang dapat menumbuhkan sikap bertanggungjawab pada anak dan merasa dihargai, tidak perlu barang yang mahal tapi ketulusan, karena anak lebih peka akan ketulusan bkn harga barang, keyword : sebagian besar anak tidak menilai hadiah karena anak belum mengerti harga barang tetapi dari ekspresi dan ketulusan kita saat memberikan hadiah tersebut.


Dalam buku "How To Really Love Your Child" DR. Ross Campbell menuliskan ada tiga cara yang juga dapat mengisi Tangki Cinta seorang anak yaitu:
1. Tatapan mata: tatap mata anak dengan lembut saat berkomunikasi dengannya. Saat berkomunikasi, pastikan posisi mata anda dan anak sejajar.

2. Sentuhan fisik, misalnya : elusan dikepala, pelukan sayang, menggandeng tangan anak saat berjalan, atau tindakan apa saja yang menyentuh anak secara lembut, hangat, dan dipenuhi rasa sayang yang tulus.

3. Memberikan perhatian yang terpusat. Bagi orang tua yang memiliki anak lebih dari satu, maka teori ini bisa menjadi alternatif dalam mengisi Tangki Cinta anak dan memangkas kecemburuan yang bisa saja menimbulkan konflik pada masing-masing anak. Misalnya: dengan mengajak jalan-jalan anak pertama tanpa disertai oleh saudaranya yang lain, lalu bicara dari hati ke hati dengan anak, begitupun terhadap anak yang lainnya.


Hal-hal yang harus diperhatikan para dewasa agar Tangki Cinta anak tidak berkurang yaitu:
1. Pembandingan. Seringkali pembandingan orang tua terhadap prestasi akademik satu anak dengan yang lain berefek negatif terhadap perilaku anak, karena secara tidak sadar tujuan orang tua membandingkan agar anak mencontoh prestasi saudaranya menjadi bumerang bagi anak yang merasa tidak mampu menandingi prestasi saudaranya, sehingga prestasi2 buruklah yang akan lebih ditonjolkan anak, karena setiap anak ingin mendapatkan nilai yang berbeda di mata orang tuanya. Dalam hal ini, peran saudara teladan bisa menekan efek negatif tersebut.

2. Mengkritik dan mencari kesalahan. Secara sunatullah setiap manusia memiliki "Difens Mekanisme" (upaya mempertahankan diri) yang membuat setiap orang tidak mau dikritik dan disalahkan, sekali lagi anak kecil adalah orang dewasa yang bertubuh kecil, yang apabila kita arahkan dengan baik pola pikir mereka bisa saja menandingi orang dewasa.

3. Kekerasan fisik dan verbal. Seorang anak yang terbiasa mendapatkan kekerasan fisik dan makian dalam pola asuhnya cenderung akan berperilaku kasar dan suka memaki di kemudian hari, karena anak adalah mesin fotocopy yang akan meniru pola kebiasaan lingkungan dimasa tumbuh kembangnya meski itu baik dan buruk, karena anak belum bisa membedakan kebaikan dan keburukan kecuali dengan pengertian.

4. Label yang salah. Dalam "Teori Afirmasi" yang dipopulerkan oleh Claude Steele (1988) bahwa Afirmasi Positif dipercaya membuat seseorang mengubah persepsi diri. Karena alam bawah sadar manusia tidak menerima kata-kata negatif (misalnya: tidak, jangan, bukan dll). Oleh karena itu seringkali kita melihat seorang anak yang malah melakukan apa yang dilarang oleh orang tuanya. Ketika para dewasa memberikan label yang salah pada anak, misalnya dengan mengatakan nakal, bodoh, pemalas dll. Alam sadar anak akan berpikir dan tau bahwa sikap seperti itu yang namanya nakal, bodoh, pemalas dll tapi dia tidak mengerti bahwa sikap itu tidak baik, sedangkan alam bawah sadar anak akan merespon label nakal, bodoh, pemalas dll dengan respon sikap yang nantinya akan timbul seiring dengan habit anak.



Ingat bahwa bahasa cinta setiap orang berbeda. Bahkan orang dewasa dan anak-anak bisa memiliki bahasa cinta yang berbeda. Mengerti apa bahasa cinta adalah salah satu cara untuk menjalin komunikasi yang baik. Belum terlambat untuk memperbaiki dan memulai sesuatu yang baik.

-Lela Munzar-
dari berbagai sumber

Jumat, 24 Juni 2011

Kunamakan dirimu separuh
Karena aku pun belum utuh
Tahukah kau, hari yang kau jalani kini adalah bagian dari do’aku
Karena ikatan benang merah diantara kita kan menjelmakan asa melalui do’a
Jika saat ini aku belum bisa melukis wajahmu
Ku tahu namamu telah menjelma di kanvas takdirku
Meski ku ingin melukis warna
Tuhan memilih warnamu
Mencipta lukisan abstrak
Hanya kita yang bisa membacanya
Karena hanya satu yang takkan menua diantara kita
Mata…
Karena kelak aku akan jatuh cinta saat bertemu denganmu
(Lela Munzar, 24022011. 21:32)

Selasa, 26 April 2011

Bahaya Aktivasi Otak Tengah

Nama anak laki-laki itu Robert Duncan O’Finioan. Lahir pada tahun 1960 di kota kecil negara bagian Kentucky, Amerika Serikat. Tidak seperti anak-anak lainnya yang menghabiskan masa kanak-kanaknya yang indah, penuh permainan, dan canda tawa; sejak berusia lima tahun Robert telah direkrut CIA—tentunya secara rahasia—untuk dipersiapkan menjadi bagian dari apa yang dikemudian hari disebut sebagai proyek MK-Ultra. Ironisnya, hal ini bermula dari kedua orangtua Robert sendiri.

Kisahnya berawal dari berdirinya satu lembaga semacam aktivasi otak tengah di dekat rumahnya di Kentucky. Saat melintas di tempat itu, orangtua Robert melihat banyak sekali anak-anak kecil berusia antara lima hingga duabelas tahun bermain di sana. Merasa tertarik, kedua orangtua Robert akhirnya membawa Robert dan mendaftarkan anaknya itu untuk bisa ikut serta di dalam pelatihan di lembaga tersebut.

Di hari pertama, sang instruktur dengan sangat manis dan lemah lembut bertanya pada Robert kecil, apakah dia ingin bermain seperti anak-anak lainnya? Dengan mata berbinar-binar Robert menganggukkan kepalanya. Sang orangtua tentu saja gembira. Dengan suka rela mereka menyerahkan anaknya kepada instruktur tersebut yang segera memboyong anak tersebut ke dalam ruangan tertutup. Kedua orangtua Robert kembali ke rumah, meninggalkan Robert kecil masuk ke dalam ruangan didampingi sang instruktur yang baru saja dikenalnya.

Di dalam ruangan telah ada sejumlah anak seusianya sedang asyik menulis atau menggambar sesuatu. Sang instruktur kemudian memberikan Robert beberapa helai kertas dan juga pensil berwarna dan meminta anak itu untuk menggambar apa pun yang dikehendaki. Robert pun mulai menggambari kertas putih tersebut. Sang instruktur berjalan mondar-mandir di antara meja dan kursi yang penuh berisi anak-anak kecil.

Robert Duncan dan puluhan anak kecil yang ada di ruangan tersebut, termasuk para orangtuanya, tidak menyadari jika sang instruktur ternyata seorang spesialisBrain Programming yang dengan kekuatan pikirannya mampu mempengaruhi otak orang lain, terlebih anak-anak. Sambil berkeliling ruangan, sang instruktur berusaha menjadikan otaknya sebagai transmiter atau pemancar yang memancarkan gambaran beberapa struktur bangunan sederhana, seperti lingkaran, segitiga, dan persegi empat, dan menyebarkan gambaran itu ke seluruh ruangan agar bisa ditangkap oleh anak-anak tersebut.

Dengan bahasa sederhana, sang instruktur mengirimkan sugesti kepada anak-anak di seluruh ruangan itu, untuk menggambarkan apa yang ada di dalam benaknya. Dia lalu berkeliling ruangan untuk mengamati siapa saja di antara anak-anak itu yang dapat menangkap pesannya dan siapa yang tidak. Robert ternyata mampu menangkap pesan itu. Sebab itu, Robert dan beberapa anak yang berbakat lainnya dipilih dan dimasukkan ke dalam sesi pelatihan khusus tanpa sepengetahuan orangtua mereka.

Di kemudian hari, apa yang dilakukan sang instruktur ini diketahui sebagai “Talent Project”, yang merupakan salah satu bagian dari proyek besar bernama MK-Ultra.

Anak-anak yang terpilih kemudian dilatih secara khusus sehingga mereka tidak saja memiliki dua kepribadian, bahkan empat kepribadian, multiple personality. Setiap anak diberikan satu anchor atau kata kunci, berupa kata, gambar, atau bunyi tertentu, di mana setiap anchor akan mengaktifkan kepribadian atau peran tertentu yang harus dilakukan sang anak. Robert Duncan O’Finioan saat itu disiapkan secara khusus bersama anak-anak berbakat lainya untuk dijadikan tentara masa depan, yang bisa diaktifkan user-nya kapan pun dibutuhkan.

Mereka melewati berbagai proyek percontohan sepertiTalent Project yang merupakan operasi rahasia untuk menemukan anak-anak yang berbakat khusus, laluPhoenix Project—kelanjutan Talent Project yang akan menciptakan anak-anak berbakat khusus itu untuk menjadi unit tempur spesial yang mampu memukul musuh dan bahkan membunuhnya dengan cara-cara yang tidak lazim, dan kemudian Ultimate Warrior Project sebagai tahap terakhir dimana semua anak yang telah lulus melewati rangkaian seleksi akan dijadikan Tentara Super yang memiliki kemampuan supranatural.

Semua proyek bersifat rahasia. Bahkan di dalam internal CIA sendiri, hanya beberapa orang petinggi yang mengetahuinya.

Salah satu operasi milier yang pernah diikuti oleh Robert Duncan ketika masih berusia 13 tahun adalah menolong satu kompi pasukan reguler Amerika yang terkepung di Kamboja tahun 1970-an. Dalam satu operasi hitam (Black Operation), Robert bersama sebelas anak lainnya berusia 7-12 tahun diterjunkan dari helikopter. Begitu mereka diturnkan dari helikopter, peluru musuh berdesingan, namun ajaib, tak satu pun yang terkena.

Dipimpin Robert Duncan, mereka membentuk formasi setengah lingkaran lalu secara serentak mengangkat tangan ke atas. Terlihat cahaya menyilaukan dari tangan mereka seperti lampu blitz. Pada saat itu juga semua musuh mati bergelimpangan, dan tentara AS pun selamat. Ini kisah seperti kisah fiktif. Namun beberapa sumber mengatakan jika hal ini adalah benar adanya. Kalau pun tidak dirilis secara umum, karena ini menyangkut satutest-case bagi proyek rahasia.

Kisah nyata tentang Robert Duncan O’Finioan bisa kita lihat disitus pribadinya (www.duncanofinioan.com). Kisah Duncan juga disinggung secara panjang lebar dalam buku yang ditulis Richard Claproth, Ph.D, seorang praktisi Hipnoterapi dan Pakar Past Life Regression, berjudul “Dahsyatnya Bahaya Aktivasi Otak Tengah: Menguak Kontroversi Aktivasi Otak Tengah & Hipnosis Massal Secara Investigatif” (2010).

Di Indonesia, lembaga-lembaga pelatihan, aktivasi, optimalisasi, atau apa pun namanya yang menawarkan ‘anak bisa jenius dalam waktu singkat’ beberapa tahun belakangan ini tumbuh bagai jamur di musim hujan. Biayanya pun mencapai jutaan rupiah. Jika kita mencermati sistem dan strategi pelatihannya, semuanya mirip dengan apa yang telah Robert alami dahulu. Apakah fenomena ini terkait dengan Mind Controlling atau Mind Programming yang memang telah diteliti dan dikembangkan CIA sejak era Perang Dunia II? Apakah ini merupakan salah satu bagian dari konspirasi mereka dalam mempersiapkan prajurit-prajurit masa depan untuk menyongsong kedatangan Dajjal di akhir zaman?

# # #

Sebut saja dia sebagai Fulan. Dua anaknya masih bersekolah di sebuah sekolah dasar swasta. Tiap pergi dan pulang kerja, Fulan selalu melewati jalan yang sama. Awalnya Fulan tidak memperdulikan sebuah spanduk berwarna kuning yang selalu digantung di depan sebuah ruko di tepi jalan. Namun suatu sore, ketika jalan yang dilaluinya macet, Fulan tanpa sengaja membaca spanduk itu. Tiba-tiba dia tertarik. Spanduk itu menawarkan sebuah program yang mengklaim mampu untuk membuat anak jenius dalam waktu singkat. Awalnya Fulan ragu, namun tulisan “Garansi Sampai Bisa” membuatnya tergoda untuk mampir ke ruko tersebut. Fulan pun membelokkan kendaraannya ke parkiran ruko itu untuk mencari tahu apa saja yang ada di dalam pelatihan tersebut.

Seorang ibu dengan ramah menerimanya. Kepada Fulan, ibu tersebut menyatakan jika lembaganya merupakan lembaga aktivasi otak anak yang dapat membuat anak menjadi jenius dalam jangka waktu singkat, hanya dalam hitungan hari. Untuk lebih meyakinkan Fulan, sang ibu tersebut memanggil seorang anak perempuan, sebut saja Jane, kelas enam sekolah dasar.
Di depan Fulan, ibu tersebut menutup kedua mata Jane dengan Blindfold, sebuah penutup mata yang terbuat dari kain yang diikat tali di kedua sisinya. Lalu setelah matanya ditutup , ibu tersebut menyodorkan sebuah bahan bacaan. Ternyata walau dengan mata tertutup, Jane mampu membacanya dengan lancar. Bukan itu saja, Jane juga mampu memilih bola dari dalam keranjang besar, sesuai dengan warna yang disebutkan ibu tadi, lalu Jane juga mampu menyebutkan warna-warna bola yang ada, kemudian Jane pun disuruh mewarnai sebuah gambar—masih dengan mata tertutup—dan berhasil.
Fulan tentu saja takjub. Dia tidak habis mengerti bagaimana anak sekecil Jane bisa memiliki “keistimewaan” tersebut.

“Setelah mengikuti semua pelatihan kami, semua anak bisa seperti Jane,” ujar ibu itu setengah berpromosi tanpa lupa menyebutkan jika lembaganya berkomitmen semua anak akan bisa menjadi jenius dengan garansi sampai bisanya. “Jika setelah ikut pelatihan anak bapak belum optimal seperti Jane, kami membuka kelas remedial dan anak bapak bisa terus mengikuti kelas ini sampai berhasil. Kami menggaransi anak bapak sampai bisa dan semuanya gratis.”

Tanpa berpikir panjang, Fulan yang memang ingin membuat anaknya secerdas Einstein—jika bisa, tentu saja—mendaftarkan salah satu anaknya ikut pelatihan tersebut. Walau untuk itu dia harus merogoh kocek dalam-dalam karena pelatihan yang hanya beberapa hari itu ternyata biayanya mahal, mencapai angka jutaan rupiah.

“Untuk masa depan anak, apa pun akan aku lakukan,” ujar Fulan di dalam hati. Tadinya Fulan ingin mendaftarkan kedua anaknya secara bersamaan, namun keterbatasan dana membuatnya harus memilih prioritas. “Biarlah si kecil nanti menyusul”

Maka anak paling tua Fulan yang sudah kelas enam pun ikut serta dalam pelatihan tersebut. Beberapa hari kemudian, pelatihan dinyatakan selesai. Anak Fulan ternyata belum bisa membedakan warna bola dan membaca dengan mata tertutup, padahal beberapa anak lainnya tampak bisa melakukan itu.
“Tenang Pak, anak bapak bisa mengikuti remedial sampai bisa. Gratis. Tempatnya di sini juga…,” ujar ibu tadi. Fulan yang tadinya ingin protes sekarang hanya bisa menggerutu. Ekspektasinya ternyata terlalu tinggi terhadap lembaga tersebut.

Suatu waktu, Fulan menceritakan hal tersebut kepada teman kerjanya. Tak disangka, temannya ini memiliki pengalaman serupa. Dia bilang jika instruktur lembaga tersebut mengatakan kepadanya bahwa anaknya kurang konsentrasi sehingga anaknya tidak optimal di dalam pelatihan.
“Sampai sekarang, walau sudah mengikuti remedial enam bulan, anak saya masih saja tidak bisa membaca dengan mata tertutup. Saya jadi lelah sendiri, akhirnya saya hentikan saja tanpa hasil,” ujarnya seraya mengatakan jika embel-embel “Garansi Sampai Bisa” hanya sebagai tipuan promosi saja. Tidak lebih.

Perasaan senasib sepenanggungan ternyata membawa Fulan dan kawannya tersebut ke sebuah komunitas korban lembaga aktivasi otak. Di dalam komunitas tersebut mereka berbagi kisah tentang penipuan yang dilakukan lembaga-lembaga aktivasi otak yang banyak bermunculan di Indonesia. Ada yang mengaku setelah anaknya ikut dalam pelatihan, ternyata dia bisa melihat dimensi lain alias melihat mahluk ghaib yang menakutkan, ada yang anaknya gagal membaca dengan mata tertutup menjadi depresi karena malu dengan teman-temannya, dan lain sebagainya.
*
Kisah si Fulan dan para orangtua lainnya seperti di atas merupakan kisah nyata. Mereka tertipu oleh promosi yang dilakukan banyak lembaga aktivasi otak yang dilakukan secara gencar, terdengar amat menjanjikan dan meyakinkan, namun ternyata malah menjadikan anak-anak mereka sebagai “kelinci percobaan”. Richard Claproth, Ph.D, di dalam bukunya “Dahsyatnya Bahaya Aktivasi Otak Tengah” (2010) memaparkan ciri-ciri kegiatan aktivasi otak mana saja yang harus dicurigai sebagai sebuah penipuan. Ciri-ciri ini sama persis dengan kegiatan aktivasi otak yang dilakukan CIA terhadap Robert Duncan O’Finioan di tahun enampuluhan. Ciri-ciri ini antara lain:

Pertama, program ini sama-sama menargetan anak-anak usia amtara 5-12 tahun dengan memakai embel-embel "berbakat", "talent", dan "Jenius";

Kedua, selama program berlangsung di dalam ruangan yang tertutup, orangtua sama sekali tidak boleh berada di dalam ruangan tersebut;

Ketiga, program ini tidak menjamin bahwa semua anak yang ikut pelatihan akan berhasil. Jika tidak berhasil, dikatakan jika anak ini tidak memiliki bakat, dan oleh karena itu tidak bisa menjadi jenius;

Keempat, dahulu diperlukan seorang instruktur yang memiliki kemampuan memancarkan sinyal melalui pikirannya, mirip telepati. Sekarang, dalam program aktivasi otak tengah, sang instruktur tidak lagi perlu mempunyai kemampuan tersebut karena program transmisinya bisa dilakukan dengan melalui sinyal audio dan visual. Sang instruktur cukup memutar audio atau video untuk didengarkan oleh anak-anak yang akan diaktivasi. Sinyal ini yang ditangkap oleh anak-anak kita dan masuk ke dalam pikiran bawah sadarnya, yang dimanipulasi dengan nama "Otak Tengah".

Jumat, 25 Februari 2011

SURAT “UNTUK CALON IBU ATAU YANG TELAH MENJADI IBU”

“Bunda saat pertama aku menatap dunia yang ingin pertama sekali aku dekap adalah tubuhmu. Disana aku bisa menemukan kehangatan dan kenikmatan tapi itu tidak terjadi bunda. Tanpa perlawanan dengan tatapan kosong engkau relakan aku diboyong oleh seorang yang sama sekali tidak aku kenal.

Bunda aku menangis itulah sebuah perlawanan. Aku menjerit kesakitan. Saat orang itu menusukkan sesuatu kepahaku.sayup-sayup aku mendengar dari mulutnya “sayang sayang jangan menagis, biar kamu sehat dan terhindar dari penyakit”

Bunda andai engkau tahu bahwa cairan yang masuk kedalam tubuhku ada vaksin yang berisi sebuah virus. Bunda tubuhku yang lemah mulai bergolak. System pertahanan yang belum kuat akhirnya melemah. Bunda tubuhku berkerja sedemikian keras untuk melawannya agar aku tetap bisa menikmati hidup.

Bunda seharusnya ini tak perlu engkau lakukan padaku karena ini sungguh menyiksa. Cairan putih yang keluar dari tubuhmu. Itu lebih baik dan cukup untuk meberikan kekebalan pada tubuhku untuk melawan berbagai bibit penyakit. Tapi detik dan menit pun berlalu engkau tak kunjung memberikan aku nutrisi yang aku nanti. Nutrisi yang baru aku tahu namanya “ASI”.

Bunda cairan putih yang masuk kedalam tubuhku. Terasa berbeda dilidahku. Cairan itu tak cukup untuk memberikan makanan kepadaku. Sel-sel tubuhku sekarang kian melemah karena baru melawan monster. Bunda sunggguh ASImu tak terganti dengan susu Formula atau apapun yang berbentuk vaksin.

Bunda tubuhku diciptakan oleh yang MahaKuasa sudah sangat sempurna. Tubuhku bagaikan seorang raja yang dikelilingi oleh Polisi saat sang monster datang menyerang berbentuk bakteri dan virus langsung dibasmi. Setiap detik limfosit dia selalu berportoli menjaga benteng pertahanan.

“Bunda.. bunda..bunda sayangku berikanlah hakku.’’


******


Mungkin itulah curahan dari sang bayi andai dia bisa berbicara dan menulis. Tapi dia hanya bisa mengisyaratkan semua kepada orang dewasa lewat tangisan dan tubuh yang lemah terkadang jatuh sakit.

Saat bayi lahir kedunia ini yang dibutuhkan adalah dia membutuhkan pertolongan sang ibunya. Untuk mendapatkan Imuno globulin A (IgA) yang dia dapat dari ASI. IgA akan melindungi melindungi system percernaan bayi terhadap Mikroba. Bukan Imunisasi atau cairan Putih

Kandungan Nurtrisi terdapat dalam ASI tidak bisa terganti dengan Susu formula atau apapun.

Maha benar Allah dengan segala firmannya

“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh. Bagi yang ingin menyusui secara sempurna, ..." ( al-baqarah : 233)

Saat pertama sekali bayi lahir kedua ini yang perlu dilakukan ibu adalah mendekapnya kedalam tubuh sang ibu dan memberikannya ASI. Tidak ada alasan ASI tidak bisa keluar. Sentuhan bayi itu merangsang hormon kortiksol untuk mengluarkan ASI. ASI pertama sekali ini terdapat kolostrum, susu jolong, atau susu awal yang warnanya kekuningan dan encer yang dia dapat sebelum kelahiran. Selambat lambatnya 30 menit pertama untuk mendapatkan kolostrum ini. Apabila tidak dilaksanakan maka bayi akan kehilangan suatu yang berharga. Walaupun bayi masih punya kesempatan untuk mendapatkannya, produksi kolostrum selanjutnya hanya 30 mililiter sehari. Itu artinya, kolostrum diproduksi hanya satu mililiter dalam satu jam.

Selain mengenyangkan, kolostrum mengandung zat immunoglobulin atau kekebalan. Kolostrum terdapat protein, vitamin A, karbohidrat, dan lemak yang berguna bagi dihari-hari pertamanya . Terdapat jenis protein yang bertugas memerangi infeksi dalam tubuh itu tidak dimiliki oleh susu hewan. Kandungan zat ini dalam kolostrum sekitar 10 hingga17 kali lebih banyak daripada di dalam ASI matang. Itu sebabkan bayi yang mendapat ASI secara optimal memiliki kekebalan tubuh 15 sampai 20 kali lebih baik. ASI juga mengandung taurin, decosahexanoic acid (DHA), dan arachidonic acid (AA). Ketiga kandungan tersebut sangat diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak bayi Secara fungsional, kolostrum berperan membersihkan air empedu dan mucus (meconium) pada saluran pencernaan bayi. Ini sangat penting karena pada masa sesudah kelahiran, bayi sangat rentan terhadap infeksi dan lingkungan yang sangat baru bagi sang bayi.

Jadi tidak perlu ketika bayi lahir disuntikan vaksin. untuk memberikan kekebalan pada sang bayi. untuk melawan penyakitnya. Vaksin itu sendiri diambil dari darah orang yang telah terinfeksi oleh virus hepatitis, campak,polio dan sebagainya. Sifat imunisasi sendiri melemahkan system pertahan tubuh. Yang harus dilakukan sang ibu untuk buah hati hanya memberikan ASI

Banyak penelitian medis mencatat kegagalan vaksinasi. Campak, gabag, gondong, polio, terjadi juga di pemukiman penduduk yang telah diimunisasi. Sebagai contoh, pada tahun 1989, wabah campak terjadi di sekolah yang punya tingkat vaksinasi lebih besar dari 98%. WHO juga menemukan bahwa seseorang yang telah divaksin campak, punya kemungkinan 15 kali lebih besar untuk terserang penyakit tersebut .daripada yang tidak divaksin.

Kebanyakan penurunan penyakit terjadi sebelum dikenalkan imunisasi secara masal. Salah satu buktinya, penyakit-penyakit infeksi yang mematikan di AS dan Inggris mengalami penurunan rata-rata sebesar 80%, itu terjadi sebelum ada vaksinasi. The British Association for the Advancement of Science menemukan bahwa penyakit anak-anak mengalami penurunan sebesar 90% antara 1850 dan 1940, dan hal itu terjadi jauh sebelum program imunisasi diwajibkan.

copas from Rosella Asy-Syam Note.