Selasa, 09 Februari 2010

Sadar dengan Sebuah Kehilangan

Sahabat muslim tercinta, setiap orang pasti pernah merasakan kehilangan. Rasa kehilangan akan terasa jika kita merasa pernah memiliki sesuatu yang hilang itu. Terlebih lagi jika itu merupakan sesuatu yang amat sangat berharga bagi kita.

Tapi sahabat muslim tercinta, bagaimana dengan kehilangan yang tak pernah kita sadari. sesuatu yang hilang itu mungkin kita kira tidak berharga. Sehingga ketika hilang pun kita tidak merasakan apa-apa. Bingung ya..

Mari kita urut satu-persatu ya...

Tanpa terasa, kita sudah kehilangan waktu yang berharga

“Demi masa… sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”
(QS. Al-‘Asr : 1-3)


Sahabat muslim tercinta, secara tidak sadar trend hidup masa kini serta teknologi yang makin berkembang telah membentuk manusia menjadi pribadi yang berpola hidup instant, semuanya serba mudah. Tidak heran gaya hidup perkotaan sering menjadikan manusia tidak lagi menghargai waktu, menjadi orang yang manja dan terbiasa bersantai.

Sahabat muslim tercinta, yuk kita belajar menghitung. Allah Maha Adil memberikan kita waktu yang sama dalam sehari semalam, 24 jam atau 1440 menit atau 86400 detik. Begitulah waktu, tanpa sadar sering tidak dipergunakan dengan bijak. Jika hari berganti, berlalu pula waktu tanpa menunggu.

Waktu, jika kita ibaratkan sebagai sebuah lautan yang luas, maka manusia yang berada di dalam lautan itu hanya mempunyai dua pilihan yaitu menyelam atau tenggelam. Ketika kita ingin memanfaatkan laut untuk menyelam, tentu saja kita harus mempersiapkan peralatan menyelam. Kacamata air yang membuat kita bisa melihat keindahan dalam laut, tabung oksigen, pakaian khusus untuk menyelam dan peralatan menyelam lainnya. Tentu saja dengan persiapan yang matang dan jika kita mau memanfaatkan kesempatan ketika berada di dalam laut, akan ada hasil yang kita dapatkan. Misalnya : ikan, bintang laut, rumput laut dan bermacam-macam isi lautan yang lainnya.

Akan tetapi jika kita tidak mempersiapkan penyelaman serta tidak memanfaatkan kesempatan dengan baik ketika di dalam lautan, maka sampai tiba waktunya kita akan kehabisan nafas dan tenggelam di dalamnya.

Begitulah waktu, secara sunatullah akan terus berjalan, hingga nanti tak ada lagi jatah waktu yang tersisa karena semua akan ada akhirnya. Hanya saja ada yang beruntung dan ada juga yang merugi.

Sahabat muslim tercinta, mau menjadi orang yang beruntung ataupun merugi kini jawabannya ada pada diri kita.

Siapkah kita memanfaatkan waktu yang ada untuk kebaikan? Karena kebaikan itu sesungguhnya kita sendiri yang merasakan manfaatnya. Gak mau kan masuk ke dalam golongan orang merugi?

“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (dari Allah swt)” (QS. Al-Anbiya’ :1)

Nauzubillahi min dzalik…




Tanpa terasa kita makin jauh dari keteladanan Rasulullah dan para sahabat

Sahabat muslim tercinta, pergaulan hidup antar manusia mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pola pikir serta tingkah laku seorang manusia.

Contohnya : Pada saat ini kita berada dalam keadaan dimana nilai ukhuwah menjadi sesuatu yang mahal. Semua pertolongan, perlindungan, pengorbanan kerap di nilai dengan kompensasi. Dimana ada hak, ada kewajiban. Ada uang, ada pelayanan. Tiba-tiba seorang muslim jadi merasa wajar hidup dalam karakteristik individualistik (semua serba pribadi).

Inilah salah satu prestasi yang ingin dicapai oleh orang-orang di luar Islam, karena mereka tahu bahwa umat Islam berjaya di zaman Rasulullah karena adanya rasa persaudaraan sesama mukmin yang begitu kuat mengakar dalam jiwa mereka.

Allah Berfirman :“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara…” (QS. Al-Hujurat : 10)

Oleh karena itu semua media digunakan oleh orang-orang di luar Islam untuk mengaburkan nilai-nilai Islam, salah satunya dengan meluaskan jargon individualisme, sehingga meredupnya rasa ukhuwah antar umat muslim saat ini.

Apakah kita salah satu korbannya?
Seorang psikolog mengatakan : “Tingkah laku dan sifat seseorang ditentukan oleh tiga hal : orang tua, lingkungan dan apa yang dia baca.”

Sehingga tidaklah berlebihan ketika Imam Al-Ghazali mengatakan : “Hendaknya senantiasa bersahabat dengan orang shalih. Diantara keuntungan bersahabat dengan orang shalih adalah dapat mencegah diri kita dari berbuat kejahatan”

Study kasus misalnya : ketika kita berbicara tentang keteladanan Rasulullah dan para sahabat, di zaman sekarang ada saja yang berpendapat : itu kan dizaman Rasul dan mereka bisa langsung meneladani Rasulullah karena berinteraksi langsung.

Keistimewaaan generasi pertama Islam yaitu para sahabat sehingga mereka mampu melakukan lompatan luar biasa memimpin garda peradaban dunia di masa itu sehingga Islam menemukan kejayaan, dalam buku -Ma’alim fi ath-Thariq- Sayid Quthb menjelaskan : ”Kehebatan generasi sahabat bukan semata-mata karena di sana ada Rasulullah saw, sebab jika ini jawabannya berarti Islam tidak rahmatan lil ‘alamin. Kehebatan mereka terletak pada semangat mereka untuk belajar lalu secara maksimal berupaya mengamalkannya.”

Sahabat muslim tercinta, bisa dikatakan bahwa umat Islam saat ini tengah mengalami Krisis Identitas. Sebuah keadaan dimana nilai-nilai Islam mengalami pelunturan justru di tengah-tengah umat Islam itu sendiri. Tanpa kita sadari perlahan-lahan pengaruh di luar Islam telah membuat nilai-nilai Islam menjadi asing di mata umat Islam itu sendiri.

Apakah kita justru menjadi bagian dari peluntur nilai-nilai Islam itu?

Na’ uzubillahi min dzalik…

Dimulai dari gaya ikut-ikutan yang sering di jargonkan “Gak ada loe, gak rame”. Mending kalo itu untuk kebaikan, gimana kalo dimanfaatkan orang untuk sesuatu yang tidak baik.

Misalnya nih, dalam bulan februari ini, yang ‘katanya’ ini bulan cinta, sehingga banyak orang yang berlomba-lomba untuk merayakan valentine days. Padahal jika kita kaji lagi, valentine days itu sesungguhnya tidak ada tuntunannya dalam Islam.

Coba deh, sekali-kali kita teliti. Biasanya di bulan februari ini banyak sekali orang-orang yang mengeluh pengeluarannya membengkak lantaran beliin cokelat, kado dan sebagainya untuk sang pacar. Kan mubazir tuh, coba kalo diinfak pahalanya bisa berkali-kali lipat.

Allah berfirman : “Ðan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.”
(QS. Bani Israil : 36)


Sahabat Muslim tercinta, jika tidak ingin kehilangan lebih banyak lagi. Kita harus banyak belajar dan mencari info, karena segala sesuatunya pasti ada ilmunya. Dan Allah menciptakan sesuatu tanpa kesia-siaan, jika kita mau mengkaji lebih dalam sesuatu yang dilarang pasti ada manfaatnya. Hanya saja terkadang kita belum mengetahui, belum mengkaji atau bahkan sudah tahu tapi belum mencoba untuk mengamalkannya.

Semua tergantung kita, mau terus-terusan jadi korban atau ikut dalam barisan orang yang beruntung.

Yuk, berlomba cari pahala, biar nggak terus-terusan rugi karena kehilangan. Jadilah pemuda muslim yang bangga dengan Islam. Karena Islam agama kita, milik kita dan kebaikan yang ada di dalamnya barang tentu untuk kita juga…


Kan keren tuh, kalo kita udah pinter sholeh juga..
Sukses dunia akhirat…
mau?
Bersiap yuk…




Salam Ukhuwah
Lela Munzar (Humas FLP OKU)