Senin, 29 Maret 2010

short story

satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa cinta itu? Bagaimana saya bisa menemukannya?"

gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas di depan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali. Kemudian, ambillah satu ranting saja. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta."

plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"

plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu dan saat berjalan, tidak boleh mundur kembali (berbalik). Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak ku ambil ranting tersebut. saat ku melanjutkan perjalanan lebih jauh lagi, baru ku sadari bahwasanya ranting-ranting yang ku temukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak ku ambil sebatang un pada akhirnya."

gurunya menjawab, "Jadi, ya... itulah cinta."

@@@

Pada hari yang lain...
Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"

gurunya pun menjawab, "Ada hutan yang subur di luar sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon. Kemudian, tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan."

Plato pun berjalan dan tidak berapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. pohon tersebut bukanlah pohon yang segar atau subur, dan tidak juga terlalu tinggi. pohon itu biasa-biasa saja.

gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"

plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. jadi, ketika ada kesempatan aku lihat pohon ini, dan ku rasa tidak buruk-buruk amat, kuputuskanlah untuk menebangnya dan membawanya ke sini. aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk menebangnya."

gurunya pun menjawab, "Ya... itulah perkawinan."