Kamis, 10 November 2011

"Teori Tangki Cinta"




Key words:
"Anak kecil adalah orang dewasa yang tubuhnya kecil"
"Rasa aman, perhatian dan penghargaan penting untuk anak"


Seringkali dalam komunikasi antar orang dewasa dengan anak kecil menimbulkan kesenjangan karena seringkali kita sebagai orang dewasa kurang memahami bahasa anak-anak, baik itu komunikasi orang tua dengan anak atau komunikasi antar saudara.


Tangki cinta dapat dianalogikan seperti tangki air yang kita pakai sehari-hari untuk menyimpan air keperluan rumah tangga. Setiap saat air tersebut akan dipakai untuk keperluan tertentu dan bila air tersebut sudah sampai tahap tertentu maka harus diisi lagi agar tidak kosong. Sama dengan tangki cinta manusia, jika tangki cinta manusia kosong maka manusia akan mengalami kekurangan energi psikis untuk hidup dengan baik.


Tangki cinta seseorang berkurang seraya mereka hidup. Kadang2 bisa terjadi kebocoran pada tangki cinta, misalnya: saat terjadi perkelahian, adu mulut, malu, merasa tidak disayang, tidak dianggap atau diejek. Perlakuan buruk terhadap seseorang akan membocorkan tangki cintanya, dan jika tangki tersebut bocor maka akan lebih cepat habis, untuk itu harus segera diisi lagi jika masih ingin mempertahankan hubungan.Setiap perbuatan yang memberikan cinta pada seseorang akan mengisi tangki cinta orang tersebut.


Gary Chapman dalam bukunya "Five Love Languages" menyatakan bahwa didunia ini dalam menjalani hubungan terdapat 5 bahasa cinta dan setiap orang memiliki bahasa cinta yang dominan bagi mereka. Berikut adalah kelima bahasa cinta tersebut:

1. Waktu yang berkualitas: memanfaatkan waktu untuk menjalin komunikasi yang baik serta kedekatan secara emosi. Misalnya: saat anak bertanya, seringkali orang dewasa menjawab dengan enggan serta diselingi dengan kegiatan yang lain. Dan seharusnya para dewasa menyadari bahwa anak juga perlu untuk dihargai.

2. Kata-kata positif atau pujian: pujian haruslah tulus dan spesifik. Mengatakan "bagus" atau "hebat" saja tidak cukup. Berikan pujian spesifik atas usaha dan keberhasilan yang dicapainya bukan memuji karakternya, karena seringkali memuji anak atas karakternya membuatnya menjadi ragu. Perjelas apa yang bagus dan hebat dari tindakan sang anak. Jika anak melakukan hal baik dan anda puji dengan tulus dan spesifik, anak akan cenderung mengulangi perilaku positif ini. Di sisi lain, anda telah mengisi "tangki cinta" anak.

3. Sentuhan fisik: pelukan, belaian, rangkulan yang tulus dapat menimbulkan kedekatan secara emosi dengan anak.

4. Pelayanan: membantu mengambilkan makanan, membantu anak mengerjakan PR, memberi pengertian atau penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan anak yang terkadang remeh bagi para dewasa, tapi yang harus kita ingat bahwa pengetahuan anak terbatas, karena pengalaman dan nalar anak tidak sama dengan orang dewasa. Memberikan layanan-layanan kecil dalam batas yang wajar secara tidak langsung mendidik anak untuk mandiri dan percaya diri.

5. Pemberian hadiah: pemberian reward dan punishment yang seimbang dapat menumbuhkan sikap bertanggungjawab pada anak dan merasa dihargai, tidak perlu barang yang mahal tapi ketulusan, karena anak lebih peka akan ketulusan bkn harga barang, keyword : sebagian besar anak tidak menilai hadiah karena anak belum mengerti harga barang tetapi dari ekspresi dan ketulusan kita saat memberikan hadiah tersebut.


Dalam buku "How To Really Love Your Child" DR. Ross Campbell menuliskan ada tiga cara yang juga dapat mengisi Tangki Cinta seorang anak yaitu:
1. Tatapan mata: tatap mata anak dengan lembut saat berkomunikasi dengannya. Saat berkomunikasi, pastikan posisi mata anda dan anak sejajar.

2. Sentuhan fisik, misalnya : elusan dikepala, pelukan sayang, menggandeng tangan anak saat berjalan, atau tindakan apa saja yang menyentuh anak secara lembut, hangat, dan dipenuhi rasa sayang yang tulus.

3. Memberikan perhatian yang terpusat. Bagi orang tua yang memiliki anak lebih dari satu, maka teori ini bisa menjadi alternatif dalam mengisi Tangki Cinta anak dan memangkas kecemburuan yang bisa saja menimbulkan konflik pada masing-masing anak. Misalnya: dengan mengajak jalan-jalan anak pertama tanpa disertai oleh saudaranya yang lain, lalu bicara dari hati ke hati dengan anak, begitupun terhadap anak yang lainnya.


Hal-hal yang harus diperhatikan para dewasa agar Tangki Cinta anak tidak berkurang yaitu:
1. Pembandingan. Seringkali pembandingan orang tua terhadap prestasi akademik satu anak dengan yang lain berefek negatif terhadap perilaku anak, karena secara tidak sadar tujuan orang tua membandingkan agar anak mencontoh prestasi saudaranya menjadi bumerang bagi anak yang merasa tidak mampu menandingi prestasi saudaranya, sehingga prestasi2 buruklah yang akan lebih ditonjolkan anak, karena setiap anak ingin mendapatkan nilai yang berbeda di mata orang tuanya. Dalam hal ini, peran saudara teladan bisa menekan efek negatif tersebut.

2. Mengkritik dan mencari kesalahan. Secara sunatullah setiap manusia memiliki "Difens Mekanisme" (upaya mempertahankan diri) yang membuat setiap orang tidak mau dikritik dan disalahkan, sekali lagi anak kecil adalah orang dewasa yang bertubuh kecil, yang apabila kita arahkan dengan baik pola pikir mereka bisa saja menandingi orang dewasa.

3. Kekerasan fisik dan verbal. Seorang anak yang terbiasa mendapatkan kekerasan fisik dan makian dalam pola asuhnya cenderung akan berperilaku kasar dan suka memaki di kemudian hari, karena anak adalah mesin fotocopy yang akan meniru pola kebiasaan lingkungan dimasa tumbuh kembangnya meski itu baik dan buruk, karena anak belum bisa membedakan kebaikan dan keburukan kecuali dengan pengertian.

4. Label yang salah. Dalam "Teori Afirmasi" yang dipopulerkan oleh Claude Steele (1988) bahwa Afirmasi Positif dipercaya membuat seseorang mengubah persepsi diri. Karena alam bawah sadar manusia tidak menerima kata-kata negatif (misalnya: tidak, jangan, bukan dll). Oleh karena itu seringkali kita melihat seorang anak yang malah melakukan apa yang dilarang oleh orang tuanya. Ketika para dewasa memberikan label yang salah pada anak, misalnya dengan mengatakan nakal, bodoh, pemalas dll. Alam sadar anak akan berpikir dan tau bahwa sikap seperti itu yang namanya nakal, bodoh, pemalas dll tapi dia tidak mengerti bahwa sikap itu tidak baik, sedangkan alam bawah sadar anak akan merespon label nakal, bodoh, pemalas dll dengan respon sikap yang nantinya akan timbul seiring dengan habit anak.



Ingat bahwa bahasa cinta setiap orang berbeda. Bahkan orang dewasa dan anak-anak bisa memiliki bahasa cinta yang berbeda. Mengerti apa bahasa cinta adalah salah satu cara untuk menjalin komunikasi yang baik. Belum terlambat untuk memperbaiki dan memulai sesuatu yang baik.

-Lela Munzar-
dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar